400 Budaya Spiritual Berhasil Diidentifikasi di Kawasan Borobudur

Magelang, Suryamedia.id – Sebanyak 400 budaya spiritual yang ada di Kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang, berhasil diidentifikasi.

400 budaya spiritual tersebut berasal dari 20 desa yang ada di Kawasan Borobudur. Hasil identifikasi budaya spiritual tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan bagi upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat di kawasan Candi Borobudur.

Demikian disampaikan Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Direktorat Jendral Kebudayaan pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tehnologi, Syamsul Hadi, dalam Sarasehan Budaya Spiritual Kawasan Candi Borobudur di Balkondes Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, (8/11).

Menurutnya, identifikasi budaya spiritual merupakan ruang bagi masyarakat untuk menemukan, menggali, dan mengenali kembali warisan maupun potensi budaya spiritual yang ada di wilayahnya, seperti halnya di Borobudur.

Budaya spiritual yang hidup di masyarakat kawasan Borobudur merupakan wujud dari pandangan hidup tentang keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.

“Dalam melakukan identifikasi tersebut tanpa meninggalkan identitas (nilai) ataupun mengurangi keluhuran (makna) dari obyek kemajuan kebudayaan yang dimiliki masyarakat,” katanya.

Baca Juga :   Tradisi Lopis Raksasa Kota Pekalongan akan Digelar Akhir April

Sementara itu, Pendiri Eksotika Desa, Panji Kusumah menambahkan, ke 400 ragam budaya spiritual budaya yang tersebar di 20 desa sekitar Candi Borobudur, ditemukan dalam kurun waktu dua bulan terakhir, yakni di bulan Sura dan Sapar (penanggalan Jawa).

Ia meyakini, jumlah itu akan semakin bertambah karena ini baru permulaan dalam menggali ragam budaya spiritual yang ada.

Panji mengemukakan, identifikasi budaya spiritual itu dilakukan Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat bekerja sama dengan Eksotika Desa, dan juga melibatkan partisipasi aktif dari warga setempat.

Generasi muda sengaja digandeng sebagai pemilik dan pewaris kebudayaan. Adapun pendekatan yang dilakukan  melalui pendekatan njajah desa milangkori dengan proses sowan, srawung, dan dolan yang dilakukan berulang-ulang untuk menumbuhkan rasa percaya.

“Karena ternyata tidak mudah bagi para sesepuh desa untuk menceritakan hal-hal terkait spiritualitas,” katanya.

Diharapkan dengan adanya penggalian budaya spiritual ini, maka semua anak di Indonesia sejak usia muda mengenal lingkungan alam, hubungan dengan manusia, dan nilai-nilai hidup dalam masyarakat secara utuh. (*)

Baca Juga :   News Grafis : Dinperinaker Temanggung Latih 112 Tenaga Kerja

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Menarik Dibaca