Ribuan Penduduk Gaza Menempuh Perjalanan Menuju Gaza bagian Selatan

Suryamedia.id – Serangan tentara Israel pada orang-orang di Palestina masih belum berhenti. Ribuan orang dari Gaza utara berbondong-bondong menempuh perjalanan menuju selatan, melewati Jalan Salah al-Din, Bureij, pada Selasa (7/11/2023).

Berdasarkan video yang beredar, mereka mengibarkan bendera putih sambil memegang bukti identitas tinggi-tinggi. Diantaranya, ada anak-anak, perempuan, dan kaum lanjut usia. Perjalan tersebut dilakukan selama jeda empat jam yang diberikan pasukan Israel agar warga sipil meninggalkan wilayah Gaza utara.

“Yang terjadi: Ribuan orang melintasi koridor evakuasi yang dibuka @IDF (Pasukan Pertahanan Israel) bagi warga sipil di Gaza utara untuk bergerak ke selatan,” tulis COGAT, unit di Kementerian Pertahanan Israel, di X.

Dilansir dari Liputan6.com yang melansir CNN, para pengungsi mengatakan mereka telah berjalan berjam-jam tanpa membawa persediaan apapun, selain botol air dan beberapa diantaranya membawa bendera putih yang menandakan harapan untuk perjalanan aman.

Lebih lanjut, IDF telah berulang kali ‘memaksa’ warga sipil Gaza pindah ke selatan, sementara mereka akan mengintensifkan serangannya terhadap Hamas di Kota Gaza dan Gaza utara.

Baca Juga :   Dewan Sarankan Market Produk Seni Diperluas Agar Lebih Dikenal

Salah satu warga bernama Wedad Al-Ghoul bepergian bersama putranya yang masih kecil. Ia mengatakan bahwa dirinya telah berjalan sejauh 8 hingga 9 kilometer dari rumah, di wilayah pantai Gaza.

“Saya membawa tanda pengenal saya karena saya diberitahu bahwa itu (jalan) akan aman, saya tidak tahu apakah saya akan diizinkan masuk atau tiba di selatan,” katanya, dilansir CNN.

Tak berbeda dengan Wedad Al-Ghoul, Um Zaher yang merupakan ibu empat anak pergi dengan menaiki kereta kuda. Ia juga berbagi pengalaman mengerikan yang pernah dialami olehnya. Ia bercerita bahwa mereka telah menyaksikan banyak kematian secara langsung.

Ia prihatin, kondisinya sekarang juga tidak memiliki tempat tinggal, makanan, bahkan air.

“Saya adalah penduduk lingkungan Al-Shejaiya … Kami menyaksikan kematian dengan mata kepala sendiri … Saya hanya punya satu putra dan tiga putri, saya tidak bisa berjalan, kemana kami harus pergi? Tidak ada rumah, tidak ada makanan, tidak ada air; mereka tidak menyisakan apapun untuk kami,” ujar Zaher. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *