Konten Menyusui Viral, Denise Chariesta Tegaskan untuk Edukasi

Suryamedia.id – Influencer Denise Chariesta kerap membagikan video-video tentang parenting semenjak melahirkan anak pertama. Selain itu, ia juga kerap membagikan video tentang putranya yang diberi nama Jeden tersebut.

Namun, salah satu videonya tersebut akhir-akhir ini menjadi sorotan. Di salah satu videonya, ia menampilkan kegiatan baru sebagai ibu saat menyusui anak. Video tersebut banyak dikomentari netizen karena ditampilkan tanpa sensor, padahal video-video tersebut dapat diakses oleh anak dibawah umur.

Mirisnya, ada beberapa orang di media sosial yang menganggap bahwa konten tersebut sengaja tanpa sensor karena dianggap sebagai strategi marketing untuk menggaet banyak viewer, hingga menjadikan konten tersebut sebagai objek seksual yang menjelekkan namanya.

Menanggapi hal tersebut, Denise Chariesta geram. Ia mengatakan bahwa konten tersebut dimaksudkan untuk edukasi.

“Itu gua niat mau edukasi karena nggak semua orang punya suster laktasi guys. Makanya gua niatnya mau edukasi, gua mau berubah menjadi lebih baik,” kata Denise Chariesta dalam potongan video yang diunggah di media sosial.

Baca Juga :   Ruben Onsu Ungkap Penyakit yang Diderita Sarwendah

Sementara itu, sang ibu juga turut memberikan komentar terkait konten viral anaknya tersebut. Ia menyayangkan ada netizen yang ‘nyinyir’ terhadap anaknya.

“Orang namanya baru ngelahirin nahan sakit, juga nggak kepikir kali. Nggak mikir tuh orang ya, lagi nyusahin diomongin. Susah lah orang banyak yang nyinyir, dikira sengaja apa ya, orang gila kali. Susah kalau orang mulutnya nyinyir, nggak mikir orang tuh. Udah hidupnya sendiri ngurus anak, ada aja dasar,” kata ibu Denise.

Dikutip dari Suara.com, Bidan Konselor Laktasi Jamilatus Sadiyah mengatakan pentingnya disclaimer saat membagikan pengalaman pribadi saat membuat konten. Ini perlu dilakukan untuk menghindari misleading berita.

“Jadi sebenarnya kalau gunakan media sosial bebas untuk semua kalangan. Tapi ketika sebarkan informasi, ditambahkan sumbernya dari mana. Misalnya ini berdasarkan pengalaman. Apalagi dengan banyaknya informasi sekarang ini bisa jadi misleading, karena case by case (per kasus) sifatnya individual, tidak sama untuk semua orang,” paparnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Menarik Dibaca