Ramai Diboikot, CEO Starbucks Akhirnya Buka Suara

Suryamedia.id – Seruan boikot produk-produk Israel dan pendukung aksi zionisme Israel semakin digaungkan oleh masyarakat dunia. Apalagi, sejak kondisi warga Gaza, Palestina semakin memburuk setelah tentara Israel semakin intensif melakukan serangan.

Salah satu bisnis yang tidak bisa menghindari aksi boikot ini adalah bisnis gerai kopi, Starbucks. Selain seruan boikot produk perusahaan sejak beberapa bulan yang lalu, beberapa gerai mereka juga sempat menerima aksi vandalisme, dikutip dari Reuters.

Mennaggapi hal ini, CEO Starbucks Laxman Narasimhan akhirnya buka suara lewat surat akhir tahunnya. Ia mengatakan bahwa masyarakat mungkin keliru dengan suatu yang tengah di perjuangkan oleh perusahaan.

“Saya prihatin dengan keadaan dunia yang kita tinggali. Ada konflik di banyak wilayah. Hal ini telah memicu kekerasan terhadap orang yang tidak bersalah, ujaran kebencian dan senjata, serta kebohongan, yang semuanya kami kutuk,” ujarnya, dikutip dari Business Insider.

“Banyak toko kami yang mengalami insiden vandalisme. Kami melihat para pengunjuk rasa dipengaruhi oleh representasi keliru di media sosial tentang apa yang kami perjuangkan,” lanjutnya.

Baca Juga :   Imbas Postingan Tuai Kritikan, Followers Akun Doyoung NCT Berkurang Hingga 500 Ribu

Reaksi Starbucks dimulai di tengah konflik antara Israel dan Palestina yang masih berlangsung. Serikat pekerja yang tergabung dalam Starbucks Workers United akhirnya mengajukan tuntutan hukum pada perusahaan.

Sebelumnya, serikat pekerja tersebut telah membuat deklarasi pro-Palestina di media sosial pada bulan Oktober, termasuk postingan yang bertuliskan ‘Solidaritas dengan Palestina!’. Meski demikian, pada saat itu, Starbucks mengatakan kepada Business Insider bahwa mereka ‘sangat tidak setuju’ dengan postingan serikat pekerja tersebut.

Karena itu, Starbucks menggugat serikat pekerja di pengadilan, dengan tuduhan pelanggaran merek dagang dan kerusakan berulang. Kemudian, serikat pekerja juga menggugat Starbucks di pengadilan dengan tuduhan pencemaran nama baik dan meminta keputusan menegaskan hak mereka untuk menggunakan nama Starbucks.

“Usaha tanpa henti yang dilakukan perusahaan untuk menggambarkan perwakilan karyawannya sebagai pendukung terorisme telah meningkatkan tweet tersebut, salah mengartikan posisi serikat pekerja, dan menempatkan pekerja dalam risiko,” kata Lynne Fox, ketua serikat pekerja dalam surat yang ditulis kepada dewan Starbucks pada bulan Oktober.

Baca Juga :   Komisi B DPRD Pati Dorong Anak Muda Cintai Sektor Pertanian 

Sebagai informasi, Starbucks merupakan salah satu dari beberapa perusahaan yang mendapat tekanan konsumen dan menghadapi kampanye boikot di beberapa negara, termasuk Indonesia. Imbasnya, penjualan merosot drastis. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *