Suryamedia.id – Memasuki musim kemarau, sebanyak 3,2 juta hektare lahan di Jawa Tengah (Jateng) rawan mengalami bencana kekeringan.
Data tersebut berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah. Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Jateng, Muhammad Chomsul mengatakan bahwa kekeringan berpotensi terjadi di hampir seluruh 35 kabupaten/kota di Jateng. Meskipun potensinya beragam dari tingkat sedang hingga tinggi.
“Total luas bahaya kekeringan di Provinsi Jawa Tengah secara keseluruhan adalah 3.277.108 hektare dan berada pada kelas tinggi,” ujarnya.
Selain itu, bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga menjadi ancaman di musim kemarau. Lahan yang berpotensi mengalami karhutla mencapai 963.331 hektare. Dan jumlah itu hampir tersebar di semua wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Sehingga masyarakat pun perlu waspada dan berhati-hati.
“Total luas bahaya Karhutla di Provinsi Jawa Tengah adalah 963.331 hektare,” tandasnya.
Dalam menghadapi ancaman bencana tersebut, pihaknya pun mengaku telah menyiapkan truk tangki yang bisa digunakan untuk mendistribusikan air bersih guna membantu wilayah yang mengalami kekeringan. Jumlah truk tangki yang disiapkan mencapai 62 unit yang tersebar di wilayah Banyumas, Blora, Boyolali,Cilacap, Demak, Grobogan, Jepara, Karanganyar, Kebumen,Kendal, Kudus, Magelang, Pemalang, Purbalingga, Purwokerto, Sragen, Tegal, Temanggung, Wonogiri, Wonosobo, dan Kota Surakarta.
“Truk tangki ada 62 unit,” ujarnya.
Selain itu, upaya mitigasi bencana kekeringan bisa dilakukan dengan cara membuat waduk yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar, fungsinya sebagai daerah penampung air dengan volume yang cukup besar. Kemudian memperbanyak daerah resapan air, dan memberikan perlindungan kepada sumber-sumber air bersih yang tersedia, serta melakukan panen dan konservasi air.
Kemudian, masyarakat juga bisa turut berperan mengantisipasi kekeringan dengan cara menggunakan sumber air secara hemat dan sesuai kebutuhan sehari-hari. Dan melakukan penanaman pohon sebanyak mungkin di lingkungan sekitar rumah, utamanya di wilayah sekitar sumber air. (*)