Tersangka Kasus Pelecehan Seksual Agus Difabel Ditahan, Momen Penahanan Berlangsung Dramatis

Suryamedia.id – IWAS alias Agus difabel, tersangka kasus viral pelecehan seksual telah ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Lombok Barat. Momen penahanan tersebut cukup dramatis lantaran tersangka sempat menangis histeris saat hendak masuk sel penjara.

Tak hanya berteriak, Agus difabel juga mengancam bunuh diri saat dipisahkan dengan sang ibu.

“Jadi, terhitung mulai hari ini hingga 20 hari ke depan, yang bersangkutan kami titipkan penahanan pertamanya di Lapas Kelas II A Lombok Barat,” kata Kepala Kejari Mataram Ivan Jaka di Mataram, Kamis (9/1).

Sebagai informasi, penahanan Agus yang dimulai pada Kamis (9/1/2025) merupakan kali pertama setelah sebelumnya hanya berstatus tahanan rumah. Hal ini dilakukan karena pertimbangan Agus sebagai penyandang disabilitas.

Sementara itu, pengalihan status tahanan rumah menjadi tahanan rutan berdasarkan ancaman hukuman dari sangkaan pidana yang diterapkan dalam berkas perkara.

Agus terancam hukuman 12 tahun penjara sesuai sangkaan Pasal 6 huruf A dan/atau huruf C juncto Pasal 15 ayat (1) huruf E Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual

Baca Juga :   Pelaku Pelecehan Seksual Reynhard Sinaga Jadi Sasaran Napi di Penjara Inggris

“Selain ancaman hukuman pidananya, kami mempertimbangkan jumlah korban yang melebihi 15 orang,” kata Ivan Jaka.

Lebih lanjut, pihaknya menegaskan akan menjamin pemenuhan hak tersangka sebagai penyandang tunadaksa selama menjalani status tahanan rutan di Lapas Kelas II A Lombok Barat.

“Kami menjamin bahwa tersangka akan mendapatkan fasilitas khusus dan pendampingan selama menjalani penahanan di Lapas Kelas II A Lombok Barat,” ucap dia.

Sementara itu, perwakilan kuasa hukum IWAS, Kurniadi mengatakan bahwa Agus mengalami dampak psikologis saat hendak ditahan. Pihaknya disebut tidak siap hidup terpisah dengan sang ibu karena sejak lahir hingga sekarang masih bergantung pada asuhan orang tuanya.

“Tadi teriak-teriak di dalam itu merupakan dampak psikologis. IWAS ini membayangkan sejak lahir sampai sekarang bergantung pada ibunya,” terangnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *